Saturday, August 30, 2014

A Humble Leader


  
Siapakah yang tahu presiden Urugay? Mungkin dia tidak setenar Barrack Obama, bahkan dijuluki sebagai “ the world’s poorest president”. Mengapa?
Jose Mujica, yang berumur 78 tahun, menjabat sebagai presiden Uruguay sejak tahun 2010, dijuluki sebagai poorest president karena mendonasikan 90% penghasilannya untuk amal dan kegiatan sosial supaya hidupnya bisa sama seperti warga Negara Uruguay lainnya. Padahal gajinya perbulan kurang lebih 120 juta, 2x nya presiden Indonesia. Saat orang lain yang punya banyak uang sibuk ingin memuaskan keinginannya sendiri; membeli mobil Lamborghini, atau mobil mewah lainnya, Dia hanya memakai mobil VW tua tahun 1987. Saat presiden lainnya tinggal di istana presiden yang mewah, Dia hanya tinggal di peternakan milik istrinya.

Mujica menanggapi bahwa Dia bukannya orang yang miskin, karena orang miskin bukanlah orang yang punya sedikit, tetapi yang selalu menginginkan lebih dan lebih dan lebih lagi. Dia menambahkan bahwa Ia tidak hidup dalam kelimpahan, tetapi hidup dalam kesederhanaan, karena sebetulnya hanya sedikit yang dibutuhkan untuk hidup.

Dari contoh hidup orang sekelas presiden tersebut, sungguh kita bisa belajar suatu hal yang sangat penting. Kemauan manusia ini jika ingin diikuti selalu inginnya menjadi yang terhebat dan diatas, menginginkan segala-galanya, hal yang keren dan diagung-agungkan seperti memiliki rumah yang sangat besar, mobil mewah yang banyak, jalan-jalan keluar negeri terus menerus, gelar yang tinggi.  Tapi apalah artinya semua itu? Hanya hal dunia yang tidak akan dibawa ke surga juga pada akhirnya, tidak punya nilai kekal.

Tuhan Yesus sendiri semasa hidupnya tak pernah hidup mewah, lahir di kandang domba yang hina, jalan kaki dari kota ke kota, melayani murid-muridnya, dan bahkan dihina. Tapi Yesus sungguh melakukan hal yang sangat berarti bagi orang banyak, hal yang bernilai kekal. Jika kita punya mobil mewah apalah artinya bagi orang lain? Tentunya tidak ada selain niat kesombongan hati dan kebanggan diri sendiri, tapi jika uang yang seharga mobil tersebut bisa disumbangkan ke anak-anak yang orang tuanya tidak mampu membiayai sekolah, atau orang-orang sakit yang tidak punya uang untuk pengobatan, bahkan untuk penginjilan-penginjilan, tentunya sangat berarti untuk orang banyak..

Marilah kita belajar sebagai manusia yang tidak hanya memikirkan diri sendiri saja. Jika kita punya kemampuan yang lebih daripada yang lain, baiklah kita membantu, tidak hanya dari hal materi saja, tapi juga talenta kita. Karena banyaklah yang bisa kita perbuat untuk orang lain, masih banyak yang membutuhkan uluran tangan kita.

Lukas 22:26-27  Tetapi kamu tidaklah demikian, melainkan yang terbesar diantara kamu hendaklah menjadi sebagai pelayan yang paling muda dam pemimpin sebagai pelayan. Sebab siapakah yang lebih besar : yang duduk makan atau yang melayani? Bukankah dia yang duduk makan? Tetapi Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan.


Friday, August 8, 2014

Iman, Rasio, dan Kebenaran




Apakah orang beriman berpikir atau tidak? Apakah orang yang berpikir tidak dapat beragama? Apakah kaitannya pikiran dengan iman?
           
            Manusia menjadi manusia karena mempunyai 3 unsur penting yang tidak dimiliki makhluk hidup lain: Rasio, Hukum, dan moral. Manusia satu-satunya makhluk yang dapat mengenal kebenaran, yaitu melalui rasio. Manusia juga dapat menjadi manusia karena ia dapat menjalankan keadilan, yaitu melalui sifat hukum. Dan manusia juga menjadi satu-satunya makhluk yang berbeda karena berkewajiban moral untuk mencapai kesucian. Tanpa ketiga hal ini, maka manusia tidak akan berbeda dari semua jenis binatang.
            Sebelum menciptakan manusia, Allah telah menciptakan makhluk hidup lain, tetapi terakhir manusia diciptakan menurut peta dan teladan Allah itu sendiri; gambar dan rupaNya. Tetapi bukan sesuai dengan imajinasi kita, sebab ada tertulis dalam Yohanes 4:24; Allah itu roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembahNya dalam roh dan kebenaran. Pengertian tentang Allah harus dimengerti secara rohani bukan dengan konsep manusia kita yang bertubuh ini.

Rasio
Untuk lebih mengerti pikiran manusia, manusia perlu mengenal dirinya sendiri dan kaitan antara diri dan rasionya. Banyak teori yang mengemukakan tentang siapa sebenarnya manusia itu dari teori evolusi, teori Aristoteles, teori Mencius, tori Protagoras, filsafat India, filsafat Tiongkok kuno, teori Stoiksisme. Tetapi didalam Alkitab kita melihat konsep yang berbeda; Allah sendirilah yang menjadi peta dan teladan yang benar, suci, dan adil, dan manusia diciptakan menurut peta teladan Allah tersebut, sehingga manusia bisa kembali pada kebenaran, keadilan, dan kesucian tersebut.
            Rasio dan iman dapat berjalan sejajar, harus saling mengisi. Jangan sampai beriman tapi tidak memiliki pengetahuan akan iman tersebut, karena kita harus memberikan alasan juga kepada manusia mengapa beriman kepada Tuhan bukan hanya sekedar beriman saja tapi tidak ada pengertiannya. Jangan pula tahu banyak tentang segala sesuatu tetapi tidak beriman. Tetapi iman harus mendahului dan menjadi fondasi dari rasio kita. Dengan iman kita berdiri di hadapan Tuhan, dengan rasio kita dapat membagi-bagikan iman yang murni kepada orang-orang sesama kita.
            Rasio digunakan untuk dapat mengerti kebenaran. Pada waktu kita belum mengerti kebenaran, kebenaran itu sudah ada dan adalah kebenaran, rasio itu masih kosong. Tetapi setelah mengerti kebenaran maka kebenaran itu akan menguasai rasio, sehingga rasio itu menjadi rasio yang berkebenaran. Dari konsep tersebut kita mengerti bahwa rasionya yang dalam proses, mengalami perubahan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Maka rasio itu tidak boleh dimutlakkan. Rasio menjadi objek, dan subjeknya adalah kebenaran itu sendiri yang adalah Allah. Kebenaran bersumber dari Allah, sehingga kebenaran lebih besar daripada rasio yang ada didalam hidup. Rasio itu terbatas, dicipta, dan tercemar oleh dosa. Kebenaran itu adalah kekal adanya. Iman adalah penaklukan rasio kebawah kebenaran. Iman yang kembali kepada kebenaran itu menikmati semakin hari semakin dalam didalam Tuhan, tidak henti-hentinya belajar dan taat.

“Crede ut inteligas, credo ut intelligam.”  Aku percaya, maka aku mengerti; dan agar aku bisa mengerti, aku harus menetapkan aku percaya. Dalam tulisan Agustinus dikatakan : karena aku percaya maka aku mengerti, dan karena aku mengerti, maka aku dapat semakin percaya lagi. Maka iman menghasilkan pengertian, dan pengertian mengokohkan iman.  Dengan dasar iman, Tuhan menambahkan pengertian kepada orang beriman, dan dengan pengertian itu imannya semakin bertambah. Prinsip ini sesuai dengan yang tertulis dalam Roma 1:16-17; dari iman kepada iman.

Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.  Sebab oleh imanlah telah diberikan kesaksian kepada nenek moyang kita. Karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak kita lihat.  (Ibrani 11:1-3)


Kebenaran
            Pada waktu manusia belum mengerti kebenaran yang sejati (Allah), manusia selalu menganggap dirinyalah yang adalah kebenaran itu, akibatnya semakin lama ia hidup didunia ini, semakin kokoh pula ia menganggap dirinya benar.
            Suatu pertanyaan yang sangat penting. Mengapa tidak ada seorang tokoh agamapun atau tokoh filsafat di sepanjang sejarah, selain Kristus yang boleh mengatakan “Akulah kebenaran”. (Yohanes 14: 6) Hanya ada 2 kemungkinan. (1) Kristus adalah sungguh-sungguh kebenaran atau (2) Kristus adalah pembohong. Jika memang Kristus adlaah pembohong, silahkan buktikan?! Dan jika Ia memang adalah kebenaran itu, maka semua wajib tunduk kepadaNya. Andaikata Dia tidak benar, maka pasti ada kesenjangan besar dalam hidupNya, tetapi pada kenyataanNya, kedatangan Kristus memang betul adanya sesuai dengan nubuatan nabi-nabi pada perjanjian lama, banyak orang yang sudah ditentukan sejak semula percaya kepadaNya dan menjadi pengikutNya, dan juga banyak rasul dan pengikut-pengikutNya yang sampai akhirnya betul-betul mengabdikan hidupnya untuk Kristus karena mereka tau bahwa keselamatan hanya ada didalam Yesus Kristus. “Jika Yesus bukan Allah, maka siapakah Dia?” CS LEWIS.
            Allah jauh melampaui pikiran kita. Terlalu sulit untuk menangkap Kristus agar kita dapat mengerti Dia di jaman kita. Bagaimanapun usaha manusia untuk membuat suatu kotak, menurunkan Kristus, memasukkan Dia ke kotak tersebut dan berusaha menyeledikinya, Ia pasti lepas, tidak mungkin dapat terkurung. Kristus jauh lebih besar dari kemungkinan rasio kita memikirkannya.




Thursday, August 7, 2014

We are nothing. We only have a great God who makes us something

Hari-hari ini saya banyak belajar bahwa manusia ini tidak ada apa-apanya. Betul sekali bahwa manusia sudah rusak total, dan telah kehilangan kemuliaan Allah. manusia tidak dapat melakukan sesuatupun yang baik. Semua yang bisa dilakukan hanya dosa : pikiran yang jahat dan kotor, amarah, benci, dendam, kesombongan, perzinahan, haus akan uang dan kekuasaan, serta masih banyak lagi kejahatan-kjahatan lainnya.

Lalu apalah artinya manusia ini, semua kebaikan yang bisa kita lakukan hanyalah karena anugerah Tuhan dan kasih karuniaNya sehingga kita bisa berbuat sesuatu yang baik untuk orang lain.

Namun seringkali kita begitu tidak menyadari, kita merasa bahwa kita sebagai manusia sudah superior, sudah hebat dari sananya, sudah baik dari asalnya, dapat melakukan kebaikan dan mencapai semuanya tanpa Tuhan, tidak merasa membutuhkan Tuhan lagi. Ini merupakan bagian dari kerusakan total manusia juga tentunya.

Memang kadang sulit sekali dirasa untuk menyadari bahwa segala berkat, karunia, dan kelebihan kita itu berasal dari Tuhan, dan itu hanyalah bonus yang diberikan oleh Tuhan saja, bukan hasil kita sendiri. Semua kepandaian, uang hanyalah daripada Dia saja yang berkuasa, yang menciptakan langit bumi dan segala isinya, yang juga menciptakan manusia.

Tapi marilah kita belajar dan menyadari bahwa jika bukan Tuhan yang memberikan anugerahNya kepada kita, maka kita bukanlah apa-apa, bahkan tidak bisa melakukan suatu tindakan positif apapun! Belajarlah untuk menyerahkan hidup kita sepenuhnya hanya kepada Tuhan, maka Ia akan meluruskan jalan kita, dan menambah-nambahkan anugerahNya juga kepada kita, sukacita, dan kedamaian