Siapakah yang tahu presiden Urugay? Mungkin dia tidak
setenar Barrack Obama, bahkan dijuluki sebagai “ the world’s poorest president”.
Mengapa?
Jose Mujica, yang berumur 78 tahun, menjabat sebagai presiden
Uruguay sejak tahun 2010, dijuluki sebagai poorest president karena
mendonasikan 90% penghasilannya untuk amal dan kegiatan sosial supaya hidupnya bisa
sama seperti warga Negara Uruguay lainnya. Padahal gajinya perbulan kurang
lebih 120 juta, 2x nya presiden Indonesia. Saat orang lain yang punya banyak
uang sibuk ingin memuaskan keinginannya sendiri; membeli mobil Lamborghini,
atau mobil mewah lainnya, Dia hanya memakai mobil VW tua tahun 1987. Saat
presiden lainnya tinggal di istana presiden yang mewah, Dia hanya tinggal di
peternakan milik istrinya.
Mujica menanggapi bahwa Dia bukannya orang yang miskin,
karena orang miskin bukanlah orang yang punya sedikit, tetapi yang selalu
menginginkan lebih dan lebih dan lebih lagi. Dia menambahkan bahwa Ia tidak
hidup dalam kelimpahan, tetapi hidup dalam kesederhanaan, karena sebetulnya
hanya sedikit yang dibutuhkan untuk hidup.
Dari contoh hidup orang sekelas presiden tersebut, sungguh
kita bisa belajar suatu hal yang sangat penting. Kemauan manusia ini jika ingin
diikuti selalu inginnya menjadi yang terhebat dan diatas, menginginkan
segala-galanya, hal yang keren dan diagung-agungkan seperti memiliki rumah yang
sangat besar, mobil mewah yang banyak, jalan-jalan keluar negeri terus menerus,
gelar yang tinggi. Tapi apalah artinya
semua itu? Hanya hal dunia yang tidak akan dibawa ke surga juga pada akhirnya,
tidak punya nilai kekal.
Tuhan Yesus sendiri semasa hidupnya tak pernah hidup mewah,
lahir di kandang domba yang hina, jalan kaki dari kota ke kota, melayani
murid-muridnya, dan bahkan dihina. Tapi Yesus sungguh melakukan hal yang sangat
berarti bagi orang banyak, hal yang bernilai kekal. Jika kita punya mobil mewah
apalah artinya bagi orang lain? Tentunya tidak ada selain niat kesombongan hati
dan kebanggan diri sendiri, tapi jika uang yang seharga mobil tersebut bisa
disumbangkan ke anak-anak yang orang tuanya tidak mampu membiayai sekolah, atau
orang-orang sakit yang tidak punya uang untuk pengobatan, bahkan untuk
penginjilan-penginjilan, tentunya sangat berarti untuk orang banyak..
Marilah kita belajar sebagai manusia yang tidak hanya
memikirkan diri sendiri saja. Jika kita punya kemampuan yang lebih daripada
yang lain, baiklah kita membantu, tidak hanya dari hal materi saja, tapi juga
talenta kita. Karena banyaklah yang bisa kita perbuat untuk orang lain, masih
banyak yang membutuhkan uluran tangan kita.
Lukas 22:26-27 Tetapi kamu tidaklah demikian, melainkan yang
terbesar diantara kamu hendaklah menjadi sebagai pelayan yang paling muda dam
pemimpin sebagai pelayan. Sebab siapakah yang lebih besar : yang duduk makan
atau yang melayani? Bukankah dia yang duduk makan? Tetapi Aku ada di
tengah-tengah kamu sebagai pelayan.